Jumat, 03 Maret 2017

Review LipHop Wine Liptint shade no #02

Hallo!
This is my first time to make a review about Liptint 😃😃
Yass Lip tint yang bakal aku review ini bukan lip tint asal korea tapi mirip dikit lah yaa sama la*iotte wine lip tint 😂

Kemasannya mirip botol wine ( laa iya namanya juga wine tint 😅). Di luarnya ada box yang lengkap keterangan mengenai produk lip tint ini. Kalau di box, bahan-bahan ingredients Liphop Wine Lip tint adalah:
- Kapo Mother (ada yang tahu kapo mother ini apa ? 😁)
- Water
- Phenoxyethanol
- Triethanolamine
- Polysorbste-20
- Acid red
- Acid yellow 23 & 27
- Acid violet 9
- Acid red 33

Daaannn, langsung aja ke reviewnya yuk....

Bare Lips


Gradient Lips

Full Lips

abaikan kantung mataku yang punya kantung mata 😂😂😂
Tekstur liptint ini cair banget dan mudah diaplikasiin. Tapi entah kenapa aku ngerasa sekali oles pigmentasinyaa.....😵 *uwow*. Mungkin karena teksturnya yang ringan dan cair jadi terserap banyak ke aplikatornya jadi waktu oles jangan ditekan, nanti ketebelan wkwkwk.
Dan lip tint ini cepat kering+masuk ke lipatan-lipatan bibir akuu.Aku saranin pake lipbalm dulu sebelum pake liptint ini. Pakainya tipis-tipis aja mengingat lip tint ini pigmented banget, kalau dirasa kurang bisa oles layer berikutnya. Staying powernya aku rasa 3-4 jam walaupun habis makan kek *monster* tapi masih ada stain nya di bibirku 😄


Yang aku suka :
Warna pigmented

Staying power yang lumayan

Aroma manis

Aplikator lembut

Packaging unyuuuu 😂

Murah cuma sekitar 50.000


Yang aku kurang suka :
Rasa pahit

Ga ada efek melembabkan

Masuk ke lipatan bibir 
Kalo ga pake lipbalm, keringnyaaa kering banget setelah 30menitan 😓

Repurchase ? Yes!
btw ini belinya di ig @blessedshopcs

Jumat, 10 Februari 2017

SEJARAH INDONESIA - TIRANI MATAHARI TERBIT


A.    Menganalisis Awal Pemerintahan “Saudara Tua”

1.      Penguasaan Kepulauan Indonesia.

Sejak pengeboman Pearl Harbour oleh angkatan udara Jepang pada tahun 8 Desember
1941, serangan terus dilancarkan ke Angkatan Laut Amerika Serikat di Pasifik. Selain itu, serangan Jepang juga dialihkan ke Indonesia dari utara dan timur. Serangan ini bertujuan untuk mendapatkan cadangan logistic dan bahan industri perang, seperti minyak tanah, timah, dan aluminium.
Pada Januari 1942, Jepang mendarat di Indonesia melalui Ambon dan seluruh Maluku. Meskipun pasukan KNIL ( Koninklijk Nederlandsch Indisch Leger ) dan pasukan Australia berusaha menghalangi, tetapi kekuatan Jepang tidak dapat dibendung. Tarakan dan Balikpapan dikuasai Jepang pada 12 Januari 1942 lalu Pontianak, Sumatra dan Jawa pada Februari 1942.
Dalam upaya menguasai Jawa, telah terjadi pertempuran di laut Jawa antara Jepang dan Angkatan Laut Belanda yang dipimpin Karel Doorman namun berhasil ditenggelamkan oleh Jepang dan sisa-sisa kapal Belanda berhasil lolos menuju Australia. Sementara itu, Jenderal Imamura dan pasukannya mendarat di Jawa pada 1 Maret 1942. Pendaratan dilaksanakan di tiga tempat yaitu di Banten ( Jenderal Imamura ) , di Eretan Wetan – Indramayu ( Kolonil Tonishoridan ) , dan Bojonegoro ( Mayjen Tsuchihashi ).
Pasukan Jepang dengan cepat menyerbu pusat pusat kekuatan tentara Belanda di Jawa. Tanggal 5 Maret 1942 Jepang berhasil menguasai Batavia dan Bogor. Akhirnya pada 8 Maret 1942 Sekutu menandatangani penyerahan tidak bersyarat kepada Jepang di Kalijati, Subang. Dengan demikian berakhirlah penjajahan Belanda di Indonesia

2.      Selamat Datang “ Saudara Tua “

Kedatangan Jepang ke Indonesia disambut dengan senang hati oleh masyarakat
Indonesia. Jepang dielu-elukan sebagai “ Saudara Tua “ yang dipandang dapat membebaskan dari kekuasaan Belanda. Simpati dan dukungan rakyat Indonesia nampaknya juga karena perilaku Jepang yang sangat membenci Belanda. Tentara Jepang juga mempropagandakan kedatangannya ke Indonesia untuk membebaskan rakyat dari cengkraman penjajahan bangsa Barat, memajukan dan menyatukan seluruh rakyat Asia dengan program Pan-Asia. Bahkan, membentuk perkumpulan yang diberi nama “Gerakan Tiga A”.

3.      Pembentukan Pemerintahan Militer
Pada pertengahan tahun 1942 timbul pemikiran dari Markas Besar Tentara Jepang agar penduduk di daerah pendudukan dilibatkan dalam aktivitas pertahanan dan kemiliteran dan kemudian membentuk pemerintahan militer yang dibagi sebagai berikut :
a.    Pemerintahan militer Angkatan Darat, yaitu Tentara Kedua Puluh Lima ( Tomi Shudan ) untuk Sumatera berpusat di bukittinggi.
b.    Pemerintahan militer Angkatan Darat, yaitu Tentara Keenam Belas ( Asamu Shudan ) untuk Jawa dan Madura berpusat di Jakarta dan ditambah dengan Angkatan Laut ( Dai Ni Nankenkantai ).
c.    Pemerintahan militer Angkatan Laut, yaitu ( Armada Selatan Kedua ) untuk daerah Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku berpusat di Makassar.
Berdasarkan Osamu Sirei ( Undang-undang yang dikeluarkan oleh Panglima Tentara ke-16 ) berisi ketentuan sebagai berikut.
a.       Jabatan Gubernur Jenderal pada masa Hindia Belanda dan segala kekuasaan yang dahulu dipegangnya diambil alih oleh Panglima tentara Jepang di Jawa.
b.      Para pejabat pemerintah sipil beserta pegawainya di masa Hindia Belanda tetap diakui kedudukannya, asalkan memiliki kesetiaan terhadap tentara pendudukan Jepang.
c.       Badan-badan pemerintah dan undang-undang di masa Belanda tetap diakui secara sah untuk sementara waktu, asalkan tidak bertentangan dengan aturan pemerintahan militer Jepang.
Adapun susunan pemerintahan militer Jepang sebagai berikut.
a.       Gunshirekan ( panglima tentara ) yang kemudian disebut dengan Seiko Shikikan ( panglima tertinggi ) sebagai pucuk pimpinan.
b.      Gunseikan ( kepala pemerintahan militer) yang dirangkap oleh kepala staf. Kantor pusatnya disebut Gunseikanbu yang terdapat lima bu ( departemen ) yaitu :
1.      Somobu ( Departemen Dalam Negeri )
2.      Zaimubu ( Departemen Keuangan )
3.      Sangvobu ( Departemen Perusahaan, Industri dan Kerajinan Tangan ) atau urusan Perekonomian.
4.      Kotsubu ( Departemen Lalu Lintas )
5.      Shishobu ( Departemen Kehakiman )
c.       Gunseibu ( coordinator pemerintahan dengan tugas memulihkan ketertiban dan keamanan atau semacam gubernur ) yang meliputi :
1.      Jawa Barat : pusatnya di Bandung
2.      Jawa Tengah : pusatnya di Semarang

3.      Jawa Timur : pusatnya di Surabaya
ditambah 2 daerah istimewa ( kochi ) yakni Yogyakarta dan Surakarta.
Didalam pemerintahan itu Jepang juga membentuk kesatuan Kempetai ( Polisi Militer ).
Pada awal pendudukan ini , secara kultural Jepang juga mulai melakukan perubahan perubahan. Misalnya, untuk pentunjuk waktuharus digunakan tarikh sumera, menggantikan tarikh masehi.
4.        Pemerintahan Sipil
Pada bulan Agustus 1942, pemerintahan militer berusaha meningkatkan sistem pemerintahan, antara lain dengan mengeluarkan UU No. 27 tentang aturan pemerintahan daerah dan dimantapkan dengan UU No.28 tentang pemerintahan Shu serta Tokubetshushi. Menurut UU No.28 ini, pemerintahan daerah yang tertinggi adalah Shu(karesidenan). Seluruh Pulau Jawa dan Madura,kecuali Kochi Yogyakarta dan Kochi Surakarta, dibagi menjadi daerah-daerah shu(karesidenan), shi(kotapraja), ken(kabupaten), gun (kawedanan), son(kecamatan), dan ku (desa/kelurahan).
Shucokan memiliki kekuasaan seperti gubernur pada zaman Hindia Belanda meliputi kekuasaan legislatif dan eksekutif. Dalam menjalankan pemerintahan shucokan dibantu oleh Cokan Kanbo (Majelis PermusyawaratanShu).Setiap Cokan Kanboini memiliki tiga bu (bagian), yakni Naisebu ( bagian pemerintahan umum), Kaisaibu(bagian ekonomi), dan Keisatsubu(bagian kepolisian). Daerah ini disebut tokubetsushi (kota istimewa), yang posisi dan kewenangannya seperti shu yang berada langsung di bawah pengawasan gunseikan. Sebagai contoh adalah Kota Batavia, sebagai Batavia Tokubetsushi di bawah pimpinan Tokubetu shico.

B. Menganalisis Organisasi Pergerakan Masa Pendudukan Jepang
            Memahami Teks :
Pada zaman Jepang banyak organisasi atau perkumpulan yang berdiri diprakarsai oleh Jepang, sementara para tokoh Indonesia mencoba memanfaatkan organisasi itu untuk kepentingan perjuangan. Mereaka mengambil sikap dan strategi bekerjasama dengan Jepang.
Sebagai contoh, pada masa pendudukan Jepang, Soekarno bersedia bekerjasama dengan Jepang. Faktor penyebabnya adalah adanya kemenangan Jepang atas Rusia pada tahun 1905. Sementara, Moh. Hatta dan Syahrir yang dikenal antifasisme, semestinya menentang Jepang, namun keduanya menyusun strategi yang saling melengkapi. Moh.Hatta mengambil sikap kooperatif dengan Jepang, sementara Syahrir akan menyusun”Gerakan Bawah Tanah”(gerakan rahasia).
Syahrir yang radikal dan bergerak di “bawah tanah”, mendapat dukungan dari tokoh-tokoh lain, seperti Cipto Mangunkusumo dan mantan anggota PNI baru, Amir Syarifudin. Bahkan Amir Syarifudin dimanfaatkan oleh Belanda untuk menyusun gerakan perlawanan terhadap Jepang. Untuk ini Amir Syarifudin telah menerima sejumlah uang dari seorang pejabat Belanda ( Van Der Plas), sebagai imbalan. Soekarno dan Moh. Hatta bergabung dalam mengambil sikap kooperatif dengan jepang. Langkah tersebut diambil semata-mata demi tujuan yang lebih penting, yakni kemerdekaan. Bahkan kedua tokoh ini juga mengusulkan agar segera di bentuk organisasi politik, karena setelah Jepang berkuasa di Indonesia , semua organisasi politik yang pernah berkembang di zaman Hindia-Belanda dibubarkan.
1.      Organisasi yang Bersifat Sosial Kemasyarakatan

A.    Gerakan Tiga A

Pada tanggal 29 Maret 1942, Jepang membentuk perkumpulan yang dinamakan Gerakan Tiga A (3A). Perkumpulan ini dipelopori oleh Shimizu Hitoshi. Gerakan Tiga A dibentuk dengan tujuan memikat hati dan menarik simpati rakyat Indonesia agar mau mambantu Jepang.

Sesuai dengan namanya,, Gerakan 3A memiliki tiga semboyan, yaitu Nippon Cahaya Asia, Nippon Pelindung Asia, dan Nippon Pemimpin Asia. Mr. Samsyuddin yang merupakan bekas tokoh Prindra Jawa Barat ditunjuk sebagai ketua dan dibantu oleh beberapa tokoh seperti K. Sutan Pamuncak dan Moh. Saleh.

Penyebab bubarnya gerakan tiga A :
Apa yang ditetapkan pemerintah Jepang sebenarnya bukan untuk mencapai kemakmuran dan kemerdekaan Indonesia, melainkan demi kepentingan pemerintahan Jepang yang pada saat itu sedang menghadapi perang. Tetapi setelah pemerintah Jepang mengetahui betapa besarnya pengharapan akan sebuah kemerdekaan, maka mulai dibuat propaganda-propaganda yang terlihat seolah-olah Jepang memihak kepentingan bangsa Indonesia. Dalam menjalankan aksinya, Jepang berusaha untuk bekerja sama dengan para pemimpin bangsa (bersikap kooperatif). Cara ini digunakan agar para pemimpin nasionalis dapat merekrut massa dengan mudah dan pemerintah Jepang dapat mengawasi kinerja para pemimpin bangsa. Tetapi gerakan ini tidak bertahan lama. Hal ini dikarenakan kurang mendapat simpati di kalangan masyarakat Indonesia. Sebagai penggantinya, pemerintah Jepang menawarkan kerja sama kepada tokoh-tokoh nasional Indonesia.


B.     Pusat Tenaga Rakyat (PUTERA)

Setelah Gerakan Tiga A gagal, Jepang kemudian membentuk organisasi Pemuda Asia Raya yang dipimpin oleh Sukardjo Wiryopranoto. Karena tidak mendapat sambutan yang hangat dari rakyat Indonesia, organisasi itu kembali dibubarkan oleh Jepang. Dukungan rakyat Indonesia terhadap Jepang memang tidak seperti awal kedatangannya. Hal ini disebabkan karena sikap dan tindakan Jepang yang berubah seiring dengan berjalannya waktu. Masyarakat mulai tidak simpati terhadap Jepang.

Perkembangan Perang Asia Timur Raya mulai tidak menggembirakan karena Jepang mengalami kekalahan diberbagai medan pertempuran. Kemudian Jepang memutuskan untuk menjalin kerjasama dengan tokoh nasionalis terkemuka, seperti Soekarno dan Moh. Hatta. Tanggal 9 Juli 1942, Soekarno sudah berada di Jakarta dan bergabung dengan Moh. Hatta.

Kemudian Jepang membentuk panitia persiapan untuk membentuk organisasi massa pada bulan Desember 1942. Empat serangkai yaitu Soekarno, Hatta, K.H Mas Mansyur, dan Ki Hajar Dewantara dipercaya untuk membentuk gerakan baru. Dibentuklah Pusat Tenaga Rakyat (PUTERA) pada tanggal 16 April 1943. PUTERA diketuai oleh Soekarno. PUTERA bertujuan untuk membangun dan menghidupkan kembali segala sesuatu yang telah dihancurkan oleh Belanda.

PUTERA memiliki pimpina pusat dan pimpinan daerah. Pimpinan pusatnya yaitu empat serangkai. Sedangkan pimpinan daerahnya dibagi sesuai dengan tingkat daerahnya, yaitu syu, ken, dan gun. Pada awal berdirinya, PUTERA cepat mendapat sambutan dari organisasi massa yang ada. PUTERA kemudian berkembang dan bertambah kuat. PUTERA telah berhasil mempersiapkan rakyat secara mental bagi kemerdekaan Indonesia. Melalui rapat-rapat dan media massa, pengaruh PUTERA semakin meluas. Karena pemimpin nasionalis telah memanfaatkan PUTERA untuk mempersiapkan ke arah kemerdekaan, dan tidak digunakan sebagai usaha menggerakkan massa untuk membentu Jepang, maka PUTERA kemudian dibubarkan oleh Jepang tahun 1944.



C.    MIAI (Majelis Islam A’la Indonesia) dan Masyumi

Jepang sangat memerlukan kekuatan umat Islam untuk membantu melawan sekutu. Kemudian, pemerintah pendudukan Jepang membangkitkan kembali MIAI yang pernah dibekukan oleh pemerintah kolonial Belanda. Akhirnya pada tanggal 4 September 1942 MIAI diizinkan kembali. MIAI diharapkan dapat digerakkan sehingga umat Islam di Indonesia dapat dimobilisasi untuk keperluan perang.

Setelah MIAI aktif, MIAI menjadi organisasi pergerakan yang cukup penting di zaman pendudukan Jepang karena MIAI menjadi tempat bersilahturahmi, tempat berdialog, dan bermusyawarah untuk membahas berbagai hal yang menyangkut kehidupan umat, dan bersinggungan dengan perjuangan. Semboyan yang terkenal adalah “berpegang teguhlah kamu sekalian pada tali Allah dan janganlah berpecah belah”.

Tugas dan tujuan MIAI adalah :
a.       Menempatkan umat Islam pada kedudukan yang layak dalam masyarakat Indonesia
b.      Mengharmoniskan Islam dengan tuntutan perkembangan zaman.
c.       Ikut membantu Jepang dalam Perang Asia Timur Raya
Untuk merealisasikan tujuan dan melaksanakan tugas itu, MIAI membuat program yang bersifat sosio-religius. Secara khusus program tersebut diwujudkan melalui rencana :
a.       Pembangunan masjid Agung di Jakarta
b.      Mendirikan universitas
c.       Membentuk baitulmal
Pada bulan Mei 1943, dibentuk Majelis Pemuda yang diketuai oleh Ir. Sofwan dan Majelis Keputrian yang dipimpin oleh Siti Nurjanah. Dalam mengembangkan aktivitasnya MIAI juga menerbitkan majalah yang disebut “Suara MIAI”.
MIAI tidak memberi kontribusi terhadap Jepang. Karena tidak sesuai dengan harapannya, Jepang kemudian membubarkan MIAI pada  November 1943. Setelah itu, Jepang membentuk Masyumi (Majelis Syura Muslimin Indonesia). Majelis ini dibentuk agar Jepang dapat mengumpulkan danan dan dapat menggerakkan umat Islam untuk menopang kegiatan perang Asia Timur Raya. Majelis ini diketuai oleh Hasyim Asy’ari dan wakil ketuanya yaitu Mas Mansur dan Wahid Hasyim. Penasihat majelis ini adalah Ki Bagus Hadikusumo dan Abdul Wahab.
Perkembangan Masyumi sangat cepat, di setiap karesidenan ada cabang Masyumi. Masyumi berhasil meningkatkan hasil bumi dan pengumpulan dana. Tampil tokoh-tokoh muda dalam Masyumi, diantarnya Moh. Natsir, Harsono Cokroaminato, Prawoto Mangunsasmito. Perkembangan tersebut membawa Masyumi semakin maju dan warna politiknya semakin jelas. Masyumi menjadi tempat penampungan keluh kesah rakyat, dan menentang keras adanya romusha. Mayumi menolak pemerintah Jepang dalam pembentukannya sebagai pergerak romusha. Dengan demikian Masyumi menjadi organisasi pejuang yang membela masyarakat.
Sikap tegas dan berani dikalangan tokoh Islam akhirnya dihargai Jepang. Contohnya, pada saat pembesar Jepang memasuki ruangan, diadakan acara seikerei. Abdul Karim Amrullah (Ayah Hamka) yang merupakan salah satu tokoh islam, tidak mau melakukan seikerei. Beliau menyatakan bahwa seikerei bertentangan dengan Islam. Menurut orang Islam, rukuk hanya semata-semata kepada Tuhan dan menghadap ke kiblat. Dari alas an itu, akhirnya orang Islam diberi kebebasan untuk tidak melakukan seikerei.
D.  Jawa Hokokai
Tahun 1944 Perang Asia Timur mulai berblik, tentara sekutu dapat mengalahkan tentara Jepang di berbagai tempat. Dan menyebabkan kedudukan Jepang di Indonesia semakin mengkhawatirkan. Karena itu Jendral Kumaikici Harada membentuk organisasi Jawa Hokokai (Himpunan Kebaktian Jawa). Rakyat diharapkanmemberikan darma baktinya terhadap pemerintah demi kemenangan perang. Kebaktian yang dimaksud adalah :
1.      Mengorbankan diri
2.      Mempertebal persaudaraan
3.      Melaksanakan suatu tindakan dengan bukti
Susunan organisasi Jawa Hokokai berbeda dengan putera. Pimpinan pusat dipegang oleh Gunseikan dan penasehatnya Ir.Sukarno dan Hasyim Asy’ari. Di tingkat daerah (syu/shu) bahkan sampai gumi di bawah pimpinan gumico.
Program kegiatan Jawa Hokokai adalah:
a.       Melaksanakan segala tindakan dengan nyata dan ikhlas demi pemerintah Jepang
b.      Memimpin rakyat untuk mengembangkan tenaganya berdasarkan semangat persaudaraan
c.       Memperkokoh pembelaan tanah air
Keanggotaan dari Jawa Hokokai terdiri atas bermacam macam hokokai sesuai dengan bidang professinya. Misalnya Kyoiku Hokokai (Kebangkitan guru guru) dan Isi Hokokai (kebangkitan para dokter). Jawa hokokai juga mempunyai anggota istimewa seperti fujinkai (organisasi wanita) dan keimin bunka shidosho ( pusat kebudayaan)
Organisasi Jawa Hokokai tidak berkembang di luar pulau Jawa sehingga Golongan nasionalis di luar kurang mendapatkan wadah. Organisasi Jawa Hokokai ini juga dapat berkembang sesuai yang diinginkan Jepang.

2. Organisasi-organisasi Militer dan Semimiliter
Sesuai denga sifat pemerintahan militer, Jepang berusaha mengerahkan rakyat Indonesia, terutama para pemuda melalui berbagai macam organisasi yang berdifat semimiliter dan yang juga bersifat militer.
a.      Pengerahan Tenaga Pemuda
Kelompok pemuda memgang peranan penting di Indonesia. Dan menurut penelitian Jepang, para pemuda apalagi yang tinggal di daerah pedesaan, belum terpengaruh oleh alam pikiran Barat. Meraka secara fisik cukup kuat, semangat, dan pemberani. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang ada, maka para pemuda dijadikan sasaran utama bagi propaganda Jepang. Dengan “Gerakan Tiga A” serta semboyan Jepang, Indonesia sama saja, Jepang saudara tua, tampaknya cukup menarik bagi kalangan pemuda. Pernyataan Jepang tentang persamaan, dinilai sebagai suatu perubahan baru dari keadaan di masa Belanda yang begitu diskriminatif.
Sebelum secara resmi Jepang membentuk organisasi-organisasi semimiliter, Jepang telah melatih para pemuda untuk menjadi pemuda yang disiplin, memiliki semangat juang tinggi (seishin), dan berjiwa ksatria (bushido) yang tinggi. Sesuai dengan sifat pemuda yang energik, maka yang ditekankan kepada para pemuda adalah seishin (semangat) dan bushido (jiwa satria). Salah satu cara untuk menanamkan nilai-nilai tersebut kepada kaum muda adalah dengan pendidikan, baik pendidikan umum (sekolah rakyat/sekolah dasar dan sekolah menengah) maupun pendidikan khusus (latihan-latihan yang diadakan oleh Jepang) ; seperti, BPAR (Barisan Pemuda Asia Raya). BPAR diadakan dari tingkat pusat di Jakarta. Kemudian di daerah-daerah dibentuk Komite Penginsafan Pemuda, yang anggota-anggotanya terdiri atas unsur kepanduan.
BPAR tingkat pusat didirika pada tanggal 11 juni 1942 dengan pimpinan dr. Slamet Sudibyo dan S.A. Saleh. Sebenarnya, BPAR bagian dari Gerakan Tiga A. Program latihan di BPAR diadakan dalam jangka waktu tiga bulan dan jumlah peserta tidak dibatasi.
Selain BPAR, Jepang juga membentuk wadah latihan yang disebut San A Seinen Kutensho di bawah Gerakan Tiga A, yang diprakarsai oleh H. Shimuzu dan Wakabayashi. Di dalam San A Seinen Kutensho latihan diadakan selama satu setengah bulan. Disamping latihan-latihan yang berkaitan dengan kedisiplinan dan semangat, pemuda juga diajari mengenai pengetahuan-pengetahuan praktis seperti memasak, merawat rumah, serta berkebun. Selain itu, pemuda juga diajari Bahasa Jepang. Pada tahap pertama pelatihan, telah dilatih sebanyak 250 orang.
Meskipun telah dibentuk San A Seinen Kutensho, perkumpulan kepanduan juga masih diadakan, misalnya “Perkembangan Kepanduan Indonesia” (Perkindo) yang diadakan di Jakarta. Perkumpulan ini pernah dikunjungi oleh Gunseikan dan tokoh Empat Serangkai dari Putera.

b.      Organisasi Semimiliter

Organisasi Organisasi Semi Militer Bentukan Jepang Pada bulan Januari 1942 Jepang menduduki Malaysia, Sumatera, Jawa, dan Sulawesi. Malaysia pada waktu itu dikuasai Sekutu berhasil direbut Jepang. Pada tanggal 24 Januari 1942 Jepang menduduki Tarakan, Balikpapan, dan Kendari. Balikpapan merupakan sumber-sumber minyak maka diserang dengan hati-hati agar tetap utuh, tetapi dibumihanguskan oleh tentara Belanda. Tanggal 3 Februari 1942 Samarinda diduduki pasukan Jepang. Pada waktu itu Samarinda masih dikuasai tentara Hindia Belanda (KNIL). Dengan direbutnya lapangan terbang oleh Jepang, maka tanggal 10 Februari 1942 Banjarmasin dengan mudah dapat diduduki. Pada tanggal 4 Februari 1942 Ambon berhasil diduduki Jepang, kemudian dilanjutkan pada tanggal 14 Februari 1942 menguasai Palembang dan sekitarnya. Dengan jatuhnya Palembang maka dengan mudah Jepang masuk ke Jawa. Dalam penyerbuan-penyerbuan itu Jepang lebih kuat dibanding Sekutu karena Jepang memiliki bantuan kekuatan udara taktis. Sedangkan kekuatan udara Sekutu sudah dihancurkan dalam pertempuran-pertempuran awal di Indonesia maupun Malaya (Malaysia).






v  Seinendan (Barisan Pemuda)
Seinendan merupakan organisasi pemuda yang dibentuk pada tanggal 29 April 1943, tepat pada hari ulang tahun Kaisar Jepang. Seinendan merupakan organisasi kepemudaan yang bersifat semimiliter. Organisasi tersebut langsung berada di bawah pimpinan Gunseikan. Tujuan pembentukan organisasi tersebut adalah untuk mendidik dan melatih pemuda agar dapat menjaga dan mempertahankan tanah airnya dengan kekuatan sendiri. Namun, sebenarnya maksud tersembunyi pembentukan organisasi tersebut adalah untuk mendapatkan tenaga cadangan sebanyak-banyaknya yang diperlukan bagi kemenangan perang Jepang.
 










Pada awalnya, Seinendan beranggotakan pemuda-pemuda Asia yang berusaia antara 15-25 tahun. Namun, usia anggotanya kemudian diubah menjadi 14-22 tahun. Pada awalnya anggota Seinendan sebanyak 3.500 orang yang berasal dari seluruh Jawa. Pengekordinasian kegiatan Seinendan ini diserahkan kepada penguasa setempat. Misalnya di daerah tingkat Syu, ketuanya Syucokan sendiri. Begitu juga di daerah Ken, ketuanya Kenco sendiri dan seterusnya. Untuk memperbanyak jumlah Seinendan, Jepang juga menggerakan Seinendan bagian putri yang disebut Josyi Seinendan. Sampai masa akhir jumlah Seinendan mencapai 500.000 pemuda. Tokoh-tokoh Indonesia yang pernah menjadi anggota Seinendan antara lain, Sukarni dan Latif Hendraningrat.

v  Keibodan (Barisan Pembantu Polisi/Korps Kewaspadaan)

Organisasi Keibodan merupakan organisasi semimiliter yang anggotanya para pemuda yang berusia antara 25 – 35 tahun. Ketentuan utama untuk dapat masuk Keibodan adalah mereka yang berbadan sehat dan berkelakuan baik. Pembentukan Keibodan ini dimaksudkan untuk membantu tugas polisi. Pembina Keibodan adalah Departemen Kepolisian (Keimubu) dan di daerah Syu (Shu) dibina oleh bagian kepolisian (Keisatsubu). Di kalangan orang-orang Cina juga dibentuk Keibodan yang dinamakan Kakyo Keibotai.

Latihan khusus untuk para kader diselenggarakan di sekolah Kepolisian di Sukabumi. Jangka waktu latihan tersebut selama satu bulan. Mereka dibina secara khusus dan diawasi secara langsung oleh para polisi Jepang. Mereka tidak boleh terpengaruh oleh kaum nasionalis.

Pada bulan Agustus 1943 juga dibentuk Fujinkai (Perkumpulan Wanita). Anggotanya minimal harus berusia 15 tahun. Fujinkai bertugas di garis belakang untuk meningkatkan kesejahteraan dan kesehatan masyarakat melalui kegiatan pendidikan dan kursus-kursus. Fujinkai juga diberi latihan militer sederhana, bahkan pada tahun 1944 dibentuk “Pasuka Srikandi”. Organisasi sejenis juga dibentuk untuk usia murid SD yang disebut Seinentai (barisan murid sekolah dasar), kemudian dibentuk Gakukotai (barisan murid sekolah lanjutan).

v  Syuisyintai (Barisan Pelopor)
                          
Pada pertengahan tahun, diadakan rapat Chuo-Sangi-In (Dewan Pertembangan Pusat). Salah satu keputusan rapat tersebut adalah merumuskan cara untuk menumbuhkan keinsyafan dan kesadaran yang mendalam dikalangan rakyat untuk memnuhi kewajiban dan membangun persaudaran untuk seluruh rakyat dalam rangka mempertahankan tanah airnya dari serangan musuh. Sebagai wujud kongkret dari kesimpulan rapat itu maka pada tanggal 1 november 1944, Jepang membentuk organisasi baru yang dinamakan “Barisan Pelopor”. Organisasi semimiliter “Barisan Pelopor” ini tergolong unik karena pemimpinnya adalah seorang nasionalis, yakni Ir. Sukarno, yang dibantu oleh R.P. Suroso, Otto Iskandardinata, dan Buntaran Martoatmojo.

Organisasi “Barisan Pelopor” berkembang di daerah perkotaan. Organisasi ini melakukan pelatihan militer menggunakan peralatan sederhana, seperti senapan kayu dan bambu runcing. Keanggotaan dari barisan pelopor ini mencakup seluruh pemuda, baik yang terpelajar maupun yang berpendidikan rendah, atau bahkan tidak menganyam pendidikan sama sekali. Keanggotaan yang heterogen ini justru diharapkan menimbulkan semangat solidaritas yang tinggi, sehingga timbul ikatan emosional dan semangat kebangsaan yang tinggi.

Barisan Pelopor ini berada dibawah naungan Jawa Hokokai. Anggotnya mencapai 60.000 orang. Anggota Barisan Pelopor Istimewah berjumlah 100 orang, diantaranya ada Supeno, D.N. Aidit, Johar Nur, dan Asmara Hadi. Ketua Barisan Pelopor Istimewah adalah Sudiro. Dengan adanya organisasi ini, semangat nasionalisme dan rasa persaudaraan di lingkungan rakyat Indonesia menjadi berkobar.

v  Hizbullah
Pada tanggal 7 September 1944, PM Jepang, Kaiso mengeluarkan janji tentang kemerdekaan untuk Indonesia. Sementara keadaan di medan perang, Jepang mengalami berbagai kekalahan. Jepang merasakan berbagai kesulitan. Hal tersebut memicu Jepang untuk menambah kekuatan pemuda Islam sebanyak 40.000 orang.
Rencana ini segera mendapat sambutan positif dari tokoh-tokoh Masyumi, sekalipun motivasinya berbeda. Begitu pula para pemuda Islam lainnya, mereka menyambut dengan penuh antusias. Bagi Jepang, pasukan Islam itu digunakan untuk membantu memenangkan perang, tetapi bagi Masyumi pasukan itu digunakan untuk persiapan menuju cita-cita kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal 15 Desember 1944 berdiri pasukan sukarelawan pemuda Islam yang dinamakan Hizbullah (tentara Allah) yang dalam istilah Jepangnya disebut Kaikyo Seinen Teishinti.

Tugas pokok Hizbullah adalah sebagai berikut :
·         Sebagai tentara cadangan dengan tugas :
-          Melatih diri, jasmani maupun rohani dengan segiat-giatnya,
-          Membantu tentara Dai Nippon,
-          Menjaga bahaya udara dan mengintai mata-mata musuh,dan
-          Menggiatkan dan menguatkan usaha-usaha untuk kepentingan perang
·         Sebagai pemuda Islam, dengan tugas:
-          Menyiarkan agama Islam,
-          Memimpin umat Islam agar taat menjalankan agama, dan
-          Membela agama dan umat Islam Indonesia
Ketua pengurus pusat Hizbullah adalah K.H Zainul Arifin, dan wakilnya adalah Moh. Roem . Anggota pengurusnya antara lain, Prawoto Mangunsasmito, Kiai Zarkasi, dan Anwar Cokroaminoto.
Setelah itu, dibuka pendaftaran untuk anggota Hizbullah melalui Syumubu(kantor agama). Setiap karesidenan diminta mengirim 25 orangpemuda Islam, rata-rata mereka para pemuda berusia 17-25 tahun. Dan akhirnya terkumpul 500 orang pemuda. Pada tanggal 28 Februari 1945, latihan secara resmi dibuka oleh pimpinan tentara Jepang. Pembukaan latihan ini dihadiri oleh pengurus Masyumi, seperti KH.Hasyim Asyari, K.R. Wahid Hasyim, dan Moh. Natsir. Tujuannya adalah agar para pemuda dapat mengatasi kesukaran perang dengan hati tabah dan iman yang teguh.
Setelah selesai pelatihan , mereka kembali ke daerah masing-masing untuk membentuk cabang-cabang Hizbullah beserta program pelatihannya. Para anggota Hizbullah menyadari bahwa tanah Jawa adalah pusat pemerintahan tanah air Indonesia maka harus dipertahankan. Jika barisan pelopor disebut sebagai organisasi semimiliter di bawah naungan Jawa Hokokai, maka Hizbullah merupakan organisasi semimiliter berada dibawah naungan Masyumi.

3. Organisasi Militer
a. Heiho
Heiho ( pasukan pembantu) adalah prajurit Indonesia yang langsung ditempatkan di dalam organisasi militer Jepang. Syarat menjadi tentara Heiho :
1.      Umur 18 – 25 tahun
2.      Berbadan sehat
3.      Berkelakuan baik
4.      Berpendidikan minimal sekolah dasar
Tujuan di bentuknya heiho adalah membantu tentara Jepang. Kegiatannya antara lain, membangun kubu – kubu pertahanan, menjaga kamp tahanan, dan membantu perang tentara Jepang di medan perang.
Organisai Heiho lebih terlatih dalam bidang militer di bandingkan organisasi lain. Heiho merupakan bagian integral dari pasukan Jepang. Dalam Heiho, telah ada pembagian tugas .
Sejak berdiri sampai akhir pendudukan Jepang, diperkirakan jumlah anggotanya sekitar 42.000 orang.

b. Peta
Jepang berusaha agar Indonesia dapat di pertahankan dari serangan sekutu, oleh karena itu Jepang membuat Pasukan Pembelaan Taah Air (PETA). PETA adalah organisasi militer, jadi PETA mendapatkan pelatihan militer oleh badan khusus yang bernama Tokubetsu Han yang di pimpin oleh Yanagawa. Pada akhir latihan angkatan ke-2  di seinen dojo ( Panti Latihan Pemula) , ada perintah dari panglima Jendral Kumaikici Harada untuk membentuk tentara PETA . Gatot Mangkuprojo diminta untuk mengajukan tentara pembela tanah air. Dan akhirnya pada 3 oktober 1943 lahirlah PETA secara resmi. Berdasarkan peraturan dari pemerintah Jepang disebut Osamu Seinendan nomer 44
PETA sudah mengeal banyak pangkat seperti daidanco (komandan battalion), cudanco (komandan kompi), shodanco (komandan peleton), budanco (komandan regu), dan giyuhei (prajurit sukarela). Umumnya, para perwira yang mennjadi komandan battalion dipilih dari kalangan tokoh masyarakat, untuk cudanco dari orang yang sudah bekerja, shudanco dipilih dari kalangan pelajar lanjutan, dan budanco dan gyuhei dipilih dari para pemuda tingkat sekolah dasar.
Untuk mencapai tingkat perwira, para anggota harus mengikuti pendidikan khusus. Menurut struktur organisasi tentara Jepang, PETA dimaksudkan untuk sebagai psukan geriliya. PETA mmemiliki kedudukan yang lebih fleksibel dan dalam hal kepangkatan orang Indonesia mencapai perwira.
Pada masa akhir pendudukan Jepang anggota PETA sekitar 37.000 di Jawa dan 20.000 di Sumatera, namu pasukan PETA lebih dikenal dengan nama Giyugun di sumatera yang artinya prajurit – prajurit sukarela. Prajurit PETA inilah yang akann banyak berperan di bidang ketentaraan. Tokoh yang terkenal di dalam PETA adalah Supriyadi dan Sudirman.